Tag

, ,

positifMembangun karakter diri yang positif sangatlah penting dalam rangka mencapai sebuah tujuan. Jika caranya positif maka hasilnya pun postif.

Kembangkan Pikiran yang Positif.

Jika kita beranggapan bahwa diri kita seorang yang berhasil, kemungkinan besar kita akan menjadi orang yang berhasil. Begitupun sebaliknya, jika kita menganggap diri kita seorang yang gagal maka kita akan menjadi orang yang gagal. “Kita adalah apa yang kita pikirkan” kurang lebih seperti itulah kalimat yang berisi sugesti bagi pikiran kita. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa kita “bisa”. Jangan pernah berkata “entahlah saya tidak tahu apakah masalah/pekerjaan ini bisa saya selesaikan, tapi cobalah bentuk dipikiran kita sebuah kalimat optimis yang memotivasi: “saya pikir ada banyak sekali pilihan solusi yang tersedia bagi permasalahan ini, dan saya tahu saya akan menemukan beberapa solusi terbaik yang bisa dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini”. Jika kita menganggap suatu pekerjaan itu mudah, maka pekerjaan itu akan terasa mudah. Cobalah dan buktikan !

Jaga Sikap yang Positif.

Kita dapat mengubah hidup kita dengan cara mengubah sikap kita, setidaknya itulah yang dikatakan Wiliam James seorang pakar psikolog. Jika kita bersikap apatis terlebih membiarkan (cu-x) akan sesuatu hal maka kita tidak akan pernah mendapatkan hasil apapun. Keberhasilan atau kegagalan dalam banyak  kasus lebih disebabkan oleh faktor sikap mental dibandingkan dengan kemampuan mental. Dengan kata lain sikap dan perilaku kita lebih penting dari pada kenyataan dan fakta yang sedang terjadi. Jika pada kenyataannya kita gagal setelah kita berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik tapi hasilnya masih tetap sama atau bahkan jauh dari apa yang kita harapkan, bukan lantas membuat kita harus terjatuh. Pilihan mensikapinya dengan cara yang lebih bijaksana dan merenungkan apa yang telah terjadi dan berusaha menyiapkan usaha-usaha untuk perbaikan dimasa yang akan datang adalah pilihan yang tepat.

Pelihara Hati yang positif.

Tidak sedikit orang yang gagal dan tidak puas atas hasil yang telah dicapainya dan kemudian lantas menyalahkan orang lain dan juga menyalahkan keadaan disekitarnya sebagai pelampiasan kekecewaannya. Justru sebaliknya, kalau hati dan pikiran kita mau terbuka dan positif sebenarnya faktor luar inilah yang akan menjadi penyeimbang dan sebagai motivasi kita untuk bisa lebih baik. Seperti halnya sebuah perusahaan yang memonopoli pasar, maka mereka akan dengan leluasa melakukan apa saja dalam rangka memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya termasuk menaikkan harga sekehendak hati mereka karena tidak ada perusahaan sejenis lainnya yang beroperasi dalam bidang yang sama. Dan yang lebih mengherankan adalah ketika muncul usaha sejenis yang sama malah dianggap sebagai saingan yang dianggap dapat mengancam eksistensi usahanya, dan lantas kemudian lagi-lagi kita menjadi iri dan dengki atas keberhasilan orang lain… komplit sudah penyakitnya. Faktor negatif Inilah yang sedikit demi sedikit dapat menggerogoti kita dari dalam dan akan membuat kita hancur. Sama halnya dengan hati kita yang berfungsi sebagai penyeimbang atas pikiran kita yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Maka, ketika hati kita kendalikan dengan baik maka pikiran, sikap dan perilaku kita pun akan menjadi lebih positif. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Jika baik hatinya, maka baik jugalah seluruh amal perbuatannya, tetapi jika buruk hatinya, maka buruk jugalah seluruh perbuatannya…”

“Berhati-hatilah dengan hati”.

Apabila kita mampu mensinergikan ketiga elemen tersebut; mengembangkan pikiran yang positif, menjaga sikap yang positif dan memelihara hati yang positif, maka bukan tidak mungkin apa yang kita lakukan bisa menjadi lebih bermanfaat meskipun definisi sukses bagi kebanyakan orang belum bisa kita peroleh dengan hasil yang maksimal.

“Sukses bukan saja hanya pada saat kita bisa mencapai posisi puncak atas segala sesuatu hal di dalam hidup kita (materi), tapi sukses adalah ketika kita bermimpi dan mampu mewujudkannya, walaupun hasilnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.”